Senin, 07 November 2011

Difteri adalah Penyakit Infeksi yang Sangat Berbahaya

Halo dokter, saya ingin bertanya mengenai problem yang dihadapi adik sepupu saya yang sejak lahir mengalami cacar mental.
Pada usia 6 tahun ia menjalani operasi difteri di Rumah Sakit "X" di Jakarta dan dirawat selama 3 bulan. Setelah pulang dari rumah sakit, ada banyak perubahan dalam dirinya: menjadi pendiam, menyendiri, gampang tersinggung, dan mengompol setiap malam.

Pada usia 8 tahun dia masuk SD kelas 1. Sekarang usianya sudah 12 tahun tapi masih kelas 1 juga. Sangat lambat menerima pelajaran, hanya dapat menghitung angka 1 sampai 20. Suka bermain dengan anak kecil dan bukan sebayanya. Terakhir waktu saya mandikan, secara tidak sengaja saya tahu bahwa dia sudah datang bulan.

Yang ingin saya tanyakan:
1. Apakah perubahan ini ada hubungannya dengan operasi atau obat-obatan yang didapatkan sewaktu di rumah sakit?
2. Apakah benar, obat-obatan yang diminum selama ini ada pengaruhnya terhadap daya tangkapnya di sekolah?
3. Apakah kelak ia bisa normal seperti anak-anak yang lain?
4. Apakah perlu disekolahkan ke Sekolah Luar Biasa?
5. Apakah kebiasaan mengompolnya bisa disembuhkan?
(Siti Aminah, 28 tahun, Bekasi)

Jawaban:

Setiap bayi yang lahir telah dibekali kekebalan alami dari ibunya, namun kekebalan alami ini hanya berlangsung sampai usia 6 bulan bahkan ada yang 3 bulan. Oleh karena itu, bayi perlu diberi vaksinasi atau imunisasi agar kebal terhadap berbagai penyakit yang membahayakan hidupnya, seperti vaksin cacar, polio, BCG (untuk penyakit tbc), DPT (untuk difteri, pertusis/batuk rejan, tetanus). Imunisasi tersebut merupakan imunisasi dasar, yang perlu dilakukan pengulangan secara periodik sesuai jenis vaksinasinya.

Mengenai difteri, itu adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Dalam bentuknya yang klasik, penyakit ini ditandai dengan adanya luka yang tertutup oleh membran (pseudomembran) pada tonsil, tenggorokan, atau daerah sekitarnya.
Kuman difteri mengeluarkan zat racun/toksin yang beredar ke seluruh tubuh. Zat inilah yang dapat menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang membahayakan si anak.

Kekebalan terhadap difteri dapat dimiliki seorang bayi/anak secara pasif yaitu dari ibunya sampai bayi berumur 3 bulan, dan  dari vaksinasi. Sedangkan secara aktif, kekebalan dapat diperoleh karena bayi tersebut terserang penyakit difteri walaupun kekebalan ini tidak sempurna.

Bagaimana gejala penyakit difteri? Apabila ringan sekali, penyakit ini hampir tanpa gejala. Kalau agak berat, tenggorokan akan terasa sakit, badan lemah, pusing, demam, mimisan, dll. Pada pemeriksaan ditemukan pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher, tonsil membengkak, dan adanya lapisan putih yang menutupi sebagian atau seluruh tonsil bahkan sampai ke tenggorokan. Difteri yang parah dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat akibat adanya peradangan pada otot jantung (toxic myocarditis) dan radang paru-paru (bronchopneumonia).

Komplikasi difteri dapat terjadi pada saluran pernapasan, berupa bronkopnemonia dan atelektasis/paru yang kolaps, jantung dan pembuluh darah /gagal jantung, ginjal (gagal ginjal, radang ginjal/nephritis), kelumpuhan pada beberapa bagian tubuh , pleuritis (radang selaput paru), arthritis (radang sendi), meningitis (radang selaput otak), dan sebagainya.

Pengobatan difteri meliputi tirah baring/bed rest total di rumah sakit, kemudian dilakukan pemberian antibiotika dan antitoksin melalui infus. Bila terjadi kesulitan bernapas karena tersumbatnya saluran napas oleh membran tersebut maka dokter akan melakukan operasi di leher bagian depan dan kemudian memasang pipa agar oksigen tetap dapat masuk. Tindakan ini dinamakan tracheostomy.

Sekarang mari kita jawab pertanyaan Ibu:
1. Kalau melihat dari gejalanya, maka perubahan-perubahan tersebut bukan akibat operasi yang dialami maupun obat-obatan yang diminum. Kemungkinan besar, perubahan tersebut disebabkan toksin difteri yang telah menyebar ke otak sehingga menimbulkan komplikasi.

2. Saya rasa tidak. Obat-obatan yang diminumnya tidak akan mengurangi daya tangkap maupun tingkat kepandaiannya.

3. Kemungkinan normal seperti anak-anak lain memang ada, tetapi sangat kecil. Apalagi jika kelainan tersebut disebabkan adanya gangguan otak yang permanen.

4. Seharusnya dari dulu sudah dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa. Sebaiknya Anda juga berkonsultasi dengan psikolog yang khusus menangani tumbuh kembang anak.

5. Sulit untuk meramalkan hal tersebut. Saya sarankan Ibu berkonsultasi dengan ahli saraf agar dapat dilakukan pemeriksaan CT-scan, untuk mengetahui letak kelainan secara pasti.

Semoga jawaban ini memuaskan. Doa saya untuk Ibu sekeluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar